Novel Norwegian Wood karya Haruki Murakami pastinya bukan hal yang asing lagi bagi para Murakamian. Kesuksesan novel ini pasalnya juga diangkat ke dalam layar lebar dengan judul yang sama dengan novel. Berbeda dengan karya sebelumnya, novel ini tidak mengangkat tema khas Murakami, seperti surrealism maupun magical-realism. Namun demikian, novel ini berhasil membawa Murakami menjadi superstar dalam dunia literasi. 

Kisah ini dinarasikan oleh Toru Watanabe, seorang pria berusia 37 tahun yang sedang melakukan perjalanan ke Hamburg. Saat mendengarkan senandung Norwegian Wood milik The Beatles, lamunannya mengantarkan pada sebuah nostalgia di masa 18 tahun silam. Saat itu, ia merupakan seorang mahasiswa jurusan drama di sebuah universitas. Diceritakan kembali pada masa SMA, Toru bersahabat dengan sepasang kekasih, Kizuki dan Naoko. Mereka bertiga tidak jarang menghabiskan waktu bersama yang penuh keceriaan, kehangatan, dan kebahagiaan. Sebuah tragedi menyakitkan terjadi tatkala Kizuki mengakahiri hidupnya pada usia 17 tahun. Kizuki meninggalkan Toru dan Naoko tanpa pesan dan alasan atas tindakan yang dilakukannya. Tragedi ini menjadi pukulan hebat bagi Toru, satu-satunya sahabat yang dimilikinya, dan juga Naoko, kekasih yang amat dicintainya.

Toru memulai kehidupan barunya dengan melanjutkan kuliah dan tinggal di asrama di daerah Tokyo, demikian halnya dengan Naoko. Tekanan hebat yang dihadapi pasca kematian Kizuki membuat hubungan Toru dan Naoko semakin intim. Mereka sering bertemu pada hari Minggu untuk sekadar berjalan-jalan mengelilingi Tokyo serta saling mengisi kekosongan yang mereka rasakan. Naoko mulai membuka diri dan memberi kesempatan kepada Toru untuk tidak hanya sebatas menjadi penghubung antara dirinya dan Kizuki. Toru pun menyambut kelembutan cinta yang ditawarkan oleh Naoko. Melalui Naoko, Toru bertemu dengan Reiko seorang musisi yang menghabiskan banyak waktunya di sanatorium. Mereka bertiga pun menjadi teman akrab. 

Di kampus, Toru berteman dengan seorang senior yang menarik perhatiannya bernama Nagasawa. Bersama Nagasawa, Toru sering menghabiskan malam-malam panjang dengan meniduri banyak perempuan. Pada satu waktu, Toru bertemu dengan Midori. Seorang perempuan mandiri, kuat, dan nyentrik. Midori sangat senang membicarakan segala hal dengan Toru, mulai dari kisah hidup yang ia lalui hingga fantasi seks yang absurd. Sifat Midori yang cuek dan terbuka, menempatkan Toru pada kegalauan. Hatinya terbelah pada Naoko, mantan pacar sahabatnya, yang rapuh dan membutuhkan keberadaanya. Dan Midori, perempuan yang bisa menghangatkan dan menenangkan hatinya yang penuh penderitaan. Kisah cinta penuh lika-liku serta kehidupan khas seorang pemuda menghadapi masa transisi menuju kedewasaan menjadi tema khas yang diangkat dalam novel. 

Keberadaan Murakami juga terlihat kental di dalam novel ini. Hal tersebut nampak dengan banyaknya referensi lagu-lagu serta literatur klasik kecintaannya yang menjadi pelengkap cerita. Mengangkat kisah yang terjadi pada tahun 1960an, Murakami pun secara tersirat menggambarkan realitas sosial atas budaya anak muda yang sedang melanda Jepang. Berbagai konflik batin begitu lekat digambarkan melalui setiap karakter dalam novel. Kesepian, putus asa, dan depresi yang digambarkan merupakan dampak dari percepatan modernisasi yang dialami Jepang. Perasaan terasing terhadap lingkungan sosial budaya juga nampak pada setiap karakter. Mereka menarik diri dan bahkan menjadi counterculture terhadap tatanan sosial di masyarakat. Bunuh diri pun menjadi perkara yang diangkat dalam novel. Rasa kehilangan yang amat besar membuat bunuh diri menjadi fenomena ‘menular’ bagin orang-orang yang ditinggalkan. Kesederhanaan cerita yang diangkat meciptakan keterlekatan pada pembaca. Namun demikian, novel ini tidak bisa dikatakan sebagai novel sederhana. Kecerdasan Murakami dalam menyajikan konflik yang sangat bersentuhan dengan realita kehidupan sehari-hari mampu menguras emosi dan meninggalkan kekosongan bagi para pembaca. Ditambah lagi, keindahan rangkaian kata yang dituangkan membuat novel ini terasa mengalir saat dibaca. Terasa sepi sampai menyayat hati.

Kamar Baca

a perpetual dreamer

You may also like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *